Sabtu, 04 Desember 2010

Pengorbanan Seorang Ayah

             Mungkin bagi kalian para anak, pernah terlintas satu pikiran yang menyelimuti hati secara tiba - tiba. "Orang tuaku tidak pernah mengerti aku." , "Mereka nggak pernah tau apa yang dapat membuatku bahagia." , "Seberapa besar sih pengorbanan merka ??"  STOP!! jangan lagi ada hal itu dalam benak kita. Orang tua kita telah berkorban banyak untuk kita. di sini aku akan menuliskan sepenggal kisah tentang pengorbanan seorang ayah untuk anak yang di kasihinya.

          ...Aku sangat mengasihi istriku, satu hal yang sangat aku takutkan yaitu hidup tanpa dirinya. Aku hidup dengan kebahagiaan yang melimpah bersama dirinya, kebahagiaan itu akan bertambah dengan hadirnya buah cinta kami. Masih aku ingat betul saat itu. saat kelahiran putra kami. Dengan mengerahkan semua tenaga dan kekuatan ia mempertaruhkan hidup dan matinya. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri saat itu, darah mengalir deras keluar dari tubuhnya, wajahnya yang cantik kini penuh dengan peluh dan menampakkan otot - otot syarafnya. Begitu menyakitan dan menakutkan. Putra kamipun lahir dengan selamat, tapi istriku tidak terselamatkan. Hancur sudah semua mimpi yang telah ku rajut. Ingin ku mengakhiri hidupku, tapi aku ingat, aku masih mempunyai seorang anak yang kukasihi.
           Ketika anakku berusia satu tahun, ia mengalami sakit yang teramat parah. Gajiku yang pas - pasan tak mungkin cukup untuk membiayai pengobatannya. Tapi tak kubutuhkan waktu lama untuk berfikir, ku jual sepeda motorku lalu aku membeli sepeda motor bekas yang jauh lebih murah. Pengorbananku tak sia - sia karena anakku akhirnya selamat. Saat anakku berusia 4 tahun, ia hampir tertabrak mobil. Aku menyelamatkannya dari kecelakaan itu, namun aku harus merelakan kakiku di amputasi. Tak apalah yang penting buah hatiku selamat. Tapi sudah jatuh tertimpa tangga pula, aku di PHK karena itu. Akupun menjual rumahku dan membeli rumah yang lebih kecil karena biaya hidup yang terlalu membebaniku. Setelah itu aku menjual sepeda motorku untuk biaya uang pangkal anakku yang masuk SD. Aku mencari nafkah dengan membantu tetanggaku yang berdagang di warung untuk kebutuhan hidup. Saat anakku masuk SMP aku mulai bingung, dari mana aku mendapat uang pangkal sebesar itu ?? , uang SPP saja sudah sering menunggak. Akhirnya aku berniat untuk menjual rumah kecilku ini dan akan kos di tempat kecil dekat rumahku. Aku mulai mempelajari membuat jajanan gorengan, lalu aku meminta anakku untuk menjualnya di sekolahnya. Awalnya dia tidak mau, aku tahu dia malu, tapi jika tidak begitu mana bisa kita makan. Setelah ku desak akhirnya dia mau, lumayan uangnya sudah cukup untuk membayar SPP dan kebutuhan sehari - hari. Saat dia masuk SMA, aku mulai bingung karena aku sudah tak mempunyai uang lagi, Anakku harus bisa kuliah agar tak seperti aku yang hanya lulusan SD. Terpikir di benakku untuk berhutang, tapi uang dari mana aku bisa melunasinya nanti. Hanya ada satu barang berharga yang aku miliki yaitu cincin pernikahanku. Satu - satunya benda yang mampu membuatku terkenang oleh masa laluku bersama istriku. Dengan berat hati aku menjualnya agar anakku dapat sekolah. Semua sudah ku korbankan demi kebahagiaan anakku. Hanya satu yang aku inginkan darinya, itu adalah agar dia dapat hidup bahagia. Tetapi saat dia akan masuk ke Perguruan Tinggi, aku sudah putus asa. Aku sudah tak punya apa - apa lagi, apa yang dapat aku lakukaun ??? Hanya tubuhku. Aku pernah membaca sebuah koran dan disana tertulis jelas tentang penjualan organ dalam manusia, harganya juga sangat mahal. Mungkin aku bisa menjual organ dalamku, tapi resikonya adalah kematian. Aku sudah tak punya pilihan lain lagi, dengan berat hati aku mengmbil keputusan itu. Aku menyampaikan niatku kepada anakku, namun dia mencegahku. Tetapi aku tetap bersikukuh pada keinginan itu. Ku jebak dia di rumah sakit tempat aku menjual hidupku, dan ku serahkan uang yang melimpah itu kepada anakku...

       
            Nah, sudahkah engkau membalas pengorbanan orang tuamu ??? meskipun pengorbanan mereka masih belum terlalu terlihat seperti cerita di atas, namun mereka telah berjuang keras demi membuat hidup kalian bahagia. Pikirkanlah hal yang mampu membuat orang tua kalian bahagia, dan berterima kasihlah kepada orang tuamu atas semua pengorbanan yang telah mereka lakukan untukmu sebelum mereka telah tiada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar